Sabtu, 23 Februari 2008

Bertaruh untuk sebuah mimpi

., tiTiK KomA

aku kembali menerka-nerka .
ada yang berubah, ada yang tak lagi bergetar.
pada hujan yang tiba-tiba di dalam rumah.
aku ingin keluar, tadinya dia di sana.
di antara gelap subuh dan pohon-pohon basah.
melambai-lambaikan harapan di antara kecanggungan.

dia telah mendengar kematian yang sebentar lagi datang.
meresak serupa biola di dekat mata.
dan.
aku mulai mendengarkan apa yang ingin dia dengar.
raut mukanya suram memandang kehidupan.
namun mata itu telah menatap panjang
tak telanjang.
serupa kaki yang sedang menjejak .

sanksi, namun ia bertahan.
tak hendak pergi .
****


dan.
benar,
bisa jadi akulah tertuduh itu.
orang yang sedang sinis karena menemukan hujan itu turun didalam rumah.
Padahal sore nanti,
anak-anak katak harus belajar bernyanyi.
untuk sebuah musim yang sedang mereka nanti .
akulah orang yang terlampau cemas .
pada hujan yang kudapati hanya didalam rumah.
dan bagaimana jika kelak.
pesta itu berjalalan.
tanpa anak-anak katak yang mampu bernyanyi .

APOLOGI
atau aku memang telah keliru
mengenali waktu yang berdetak
disaat mata mulai rabun
dari sebuah kamar yang lapuk
tentang katak dan semut

Sinis-me
itu
dulu,
disebuah zaman
diantara batu dan kayu
didalam lipatan buku-buku
hadir dimataku
seperti belati
putih dan suci

SAMPAI DI MIMPI SELANJUTNYA..............!

Tidak ada komentar: