Sabtu, 23 Februari 2008

Biar saja

kenapa harus menertawakan mati?
Apa tak juga tersadari, jika pertarungan itu terus berlanjut, tidak seperti saat saat merepih kematian, yang tak kunjung terlalui.
Meski.
Keberadaan itu hanya sementara, dan angin seperti mau bertiup kesana.

Namun tak juga termengerti, bahwa nafas yang merangkak itu sia sia, dan apa yang mau dikatakan?dan apa yang mau dilakukan?mau tertawa?lebih baik diam..lebih baik tak mengerti...lebih baik begini..lebih baik, dari pada mencarimati..

Hmmmmmmmmmmmm, Tapi...
Aku hanya anak kecil yang belajar menyalakan api pada ranting-ranting kering.
Seandaikan kelak.
Hutan rimba itu mampu terbakar.
*****

Namun angin bertiup begitu kencang
Dan hujan datang mencumbui kegalauan
Basah, namun tak menggigil
ku kejar dingin
tapi ia menghilang

Tidak ada komentar: