Minggu, 24 Februari 2008

Cermin

Disini gerimis.
Aku tahu kau melihatnya.

Rumput-rumput mulai tumbuh.
Aku tahu kau juga memandanginya.

Bunga-bunga bermekaran.
Aku tahu kau sedang memetiknya

Tanah-tanah menjadi basah.
Aku juga tahu kau menyaksikannya.

Tapi hatiku semakin kering.
Dan aku ragu jika engkau merasakannya.

>>>>>
Seperti yang aku lihat disetiap pementasan teater.
Dan ataupun panggung lain yang disuguhkan untuk ku nikmati. Di lobby hotel, dicafe-cafe, pada mall-mall, dikampung-kampung kumuh, ditempat pelacuran, dan pada ruang manapun ada pertemuan ragawi tiap-tiap pemeran kehidupan.

Maka, aku seperti menyaksikan fragmen yang memukau sedang diperankan.
Tapi tak selalu kulihat, bahwa yang nyata itu sedang menyimpan lipatan kecil.
Yang tersembunyi dibalik perasaannya.
Semua tertutupi. dan selalu nampak sempurna.
Sebagaimana kerut wajah yang diingkari.
Seperti tubuh yang selalu dibalut pakaian warna-warni.

Begitulah kehidupan.
Dan seperti itulah keadaan.
Yang nampak pada cermin.
Selalu tidak utuh untuk dimengerti.

Dan karena cermin.
Semua belajar untuk mengingkari.

Tidak ada komentar: